Teori Administrasi Neo-Klasik


1.      Elton Mayo (Human Relation)
Seorang pakar psikologi industri bernama George Elton Mayo pada tahun 1935 bersama beberapa orang ahli mengadakan suatu penelitian di Hawthorne mengenai hubungan antara produktivitas dengan masalah-masalah atau kondisi kerja dalam suatu pabrik. Percobaan-percobaan dan penyelidikan yang diadakan memberikan petunjuk bahwa unsur manusia dalam suatu perusahaan bukanlah suatu hal yang bersifat sederhana, tetapi merupakan suatu “kepribadian yang kompleks”. Karena sifat yang kompleks, sering menimbulkan kesalahan pengertian. Hasil penelitian itu sampai pada suatu kesimpulan bahwa :
A human problem to be brought of a human solution, requires human data and human tools”. Masalah-masalah kemanusiaan, memerlukan penyelesaian menurut cara-cara kemanusiaan, dan untuk itu dibutuhkan peralatan dan pengetahuan tentang data-data kemanusiaan. Elton Mayo dengan hasil-hasil karyanya dianggap sebagai “the father of employes human relation” (pelopor atau Bapak dari Human Relations).
Pada tahun 1920 dan 1930 Mayo melakukan penelitian yang dikenal dengan studi Hawthorn membuktikan bahwa pengaruh kuat industrial relation terhadap administrasi negara tidak lagi bisa diabaikan. Pendekatan industrial yang lebih banyak mengemukakan ilmu perilaku (behavior science) mulai mewarnai ilmu administrasi negara. Metode statistik semakin kuat berpengaruh sejalan dengan semakin kuatnya pengaruh ilmu perilaku. Sedangkan behavior ini mulai banyak mewarnai ilmu administrasi negara, sehingga pada waktu itu banyak diterbitkan tulisan dalam jurnal dan buku-buku literatur tentang perilaku organisasi. 
Elton Mayo memandang masalah manusia (human problem) sebagai suatu bagian yang berdiri sendiri. Mayo memandang masalah “manusia” sebagai suatu lapangan studi yang amat luas. Mayo menegaskan bahwa “human relations” yang baik dapat menjamin tercapainya produktivitas yang tinggi. Peralatan mesin yang baik dan sempurna tidak banyak bermanfaat apabila manusia yang menjalankannya tidak sepenuh hati menjalankan tugas-tugasnya. 
Penelitian lainnya yaitu kelompok kerja di bidang lingkungan sosial karyawan yang memberi efek yang signifikan terhadap produktivitas. Meskipun para pekerja dimotivasi dengan kebutuhan sosial, keinginan akan hubungan timbal balik dalam pekerjaan terbukti lebih berfungsi dan lebih responsif terhadap dorongan produktifitas kelompok kerja. Pengawasan dan peningkatan sistem manajemen telah terbukti bisa menggantikan konsep umum bahwa manusia itu adalah “makhluk rasional” yang dimotivasi oleh kebutuhan-kebutuhan fisik manusia.
Perilaku manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor :
1.      Faktor Individual.
Faktor ini mencakup kemampuan dan keterampilan mental, latar belakamh keluarga, tingkat sosial, pengalaman, usia, jenis kelamin, dll
2.      Faktor Organisasi
Faktor ini mencakup sumber daya yang tersedia, gaya kepemimpinan, sistem imbalan, struktur organisasi, jenis pekerjaan, dll
3.      Faktor Psikologi
Faktor ini mencakup persepsi sikap, kepribadian, proses belajar, motivasi, dll
Jadi berdasarkan analisa diatas bisa disimpulkan bahwa :
Ø  Perilaku suatu pribadi timbul karena suatu sebab,
Ø  Perilaku diarahkan untuk mencapai suatu tujuan,
Ø  Perilaku bisa dimonitor dan dinilai bahkan diukur,
Ø  Pentingnya motivasi untuk perilaku yang bermutu.
Elton Mayo berpendapat bahwa Para pekerja akan bekerja lebih keras, apabila mereka yakin bahwa manajemen memikirkan kesejahteraan mereka. Mayo mengusulkan perlunya pelatihan yang mendalam tentang psikologi, sosiologi dan antropologi serta metode penelitian yang canggih.
Diakui oleh ilmuwan manajemen sekarang bahwa mayo setidaknya telah menemukan kembali pernyataan lama Owen, bahwa perhatian sebenarnyabagi para bawahan, mesin-mesin penting (importante machines)  yang  dimaksud adalah deviden yang dibayarkan. Gaya manager akan memberikan konstribusi yang besar terhadap produktivitas sehingga pelatihan atau training manajemen perlu mendapatkan perhatian yang mendalam, perlu berorientasi pada pengajaran keterampilan manusiawi, bukan lagi keterampilan teknis.
Mayo mengusulkan perlunya pelatihan yang lebih mendalam mengenai psikologis, sosiologis dan antropologi serta menggunakan metode penelitian yang lebih canggih untuk menganalisis manusia dan lingkungan kerjanya. Ia memperkenalkan manusia social, didorong oleh keinginan untuk membentuk hubungan dengan orang lain. Para ahli perilaku, misalnya Maslow, berpendapat bahwa konsep manusia yang mengaktualisasikan diri akan menerangkan lebih tepat tentang motivasi individu.
Tidak dapat dipungkiri sampai sekarang bahwa para ilmuwan perilaku telah memberikan kontribusi yang besar bagi pemahaman kita akan motivasi antar individu, perilaku kelompok, hubungan antar pribadi ditempat kerja serta ahli pentingnya pekerjaan bagi tiap individu.
Hasil karya mereka menyebabkan para manajer menjadi lebih peka dalam melakukan hubungan  dengan bawahanya. Elton Mayo  sangat  terkenal dengan eksperimen tentang perilaku manusia dalam  situasi kerja. Eksperimen ini disimpulkan  bahwa perhatian khusus dapat menyebabkan seseorang meningkatkan usahanya. “Gejala ini disebut Hawrthorne effect yaitu  karyawan akan lebih giat bekerja jika mereka yakin  bahwa manajemen memikirkan kesehteraan mereka”.Hasil percobaan Mayo dengan Roethlisberger dan Dickson ialah rangsangan uang tidak menyebabkan membaiknya produktivitas. Yang justru mempu meningkatkan  produktivitas itu adalah satu sikap  yang  dimiliki karyawan yang merasa manajer dan atasanya memberikan perhatian yang cukup terhadap  kesejahteraan mereka.
Selain  itu  juga  ditemukan   pengaruh kehidupan  lingkungan sosial dalam kelompok  yang  lebih informal lebih besar pengaruhnya terhadap produktivitas.
Karena itu, Mayo yakin terhadap konsepsinya yang terkenal dengan yang dimotivasi oleh kebutuhan-kebutuhan sosial dalam hubungan-hubungan yang lebih efektif daripada pengawasan dan pengendalian manajemen dalam arti konsep "social man”(manusia sosial/manusia dapat dimotivasi dengan pemenuhan kebutuhan sosial melalui hubungan kerja), dapat menggantikan konsep “rational man”(manusia rasional/manusia hanya dapat di motivasi dengan pemenuhan kebutuhan ekonomis). Konsep rational man yang di dorong semata-mata oleh kebutuhan ekonomis pribadi yang terkenal dengan julukan rational "economic man”.
Istilah terkenal yang tadinya diutarakan oleh Robert Owen yaitu “vital machines” menemukan bentuk dan peluang barunya dengan munculnya konsep “social man” dari Mayo. Dalam pendidikan dan latihan bagi para manajer terasa semakin pentingnya “people management skills” dari pada “engineering atau technical skills”.
Konsep dinamika kelompok semakin penting dalam praktek manajemen dari pada manajemen atas dasar kemampuan pekerja secara perseorangan.
Kelemahan temuan Mayo ditunjukan oleh orang-orang yang beranggapan kepuasan karyawan bersifat kompleks, karena selain ditentukan oleh lingkungan sosial, juga oleh faktor-faktor lain seperti tingkat gaji, menarik tidaknya pekerjaan, struktur dan kultur organisasi, hubungan karyawan manajemen dan lain-lain. Menghadapi keterbatasan gerakan hubungan manusiawi ini, muncul pemikir-pemikir lain yang juga tergolong aliran perilaku yang lebih maju.
Sekarang dapat kita ketahui bahwa Aliran hubungan manusiawi menyadarkan pentingnya ke-butuhan sosial. Dengan demikian aliran ini menyeimbangkan konsep lama yang menekankan ekonomi/rasionalitas manusia. Suasana kerja menjadi lebih baik dibandingkan sebelumnya. Pelatihan-pelatihan yang kemudian banyak yang memfokuskan pada upaya memperbaiki hubungan kerja antar manajer dengan karyawan. Aliran ini mempelopori studi baru dalam bidang dinamika kelompok, dimana perhatian ditunjukan tidak hanya pada individu, tetapi juga pada proses dan dinamika kelompok.
Teori Mayo  ini memiliki prinsip-prinsip sebagai berikut:
1.      Pendekatan motivasi yang menghasilkan komitmen pekerja sangat dibutuhkan.
2.      Manajemen tidak dapat dianggap sebagai proses yang kaku.
3.      Manajemen harus sistematis.
4.      Pendekatan yang digunakan dalam manajemen harus hati-hati.
5.      Organisasi sebagai suatu keseluruhan.
6.      Kepemimpinan diterapkan sesuai dengan situasi bawahannya.
7.      Unsur manusia merupakan kunci utama yang menentukan sukses atau gagalnya organisasi mencapai tujuannya.
8.      Manajer masa kini harus dididik dan dilatih untuk memahami dan menerapkan konsep-konsep manajemen.
9.      Komitmen dapat ditingkatkan melalui partisipasi dan keterlibatan pekerja.
10.  Pengawasan harus dibangun dalam pengertian positif, bukan mencari kesalahan tetapi mencegah terjadinya kesalahan.
Teori Motivasi Human Relation yang dikemukakan Elton Mayo  lebih mengutamakan pada hubungan seseorang dengan lingkungannya. Menurut teori ini seseorang akan berprestasi baik, jika ia diterima dan diakui dalam pekerjaannya dan lingkungannya. Teori ini juga menekankan peranan aktif pimpinan organisasi dalam memelihara hubungan dan kontak – kontak pribadi dengan bawahannya yang dapat membangkitkan gairah kerja.
Teori ini merupakan hasil studi Hawthorne ( pembangkit listrik ) yang dilakukan oleh Elton Mayo, dkk :
®    Produktivitas berkaitan dengan variabel sosial dan psikologi
®    Pekerja akan bekerja lebih keras bila manajemen memperhatikan kesejahteraan mereka dan supervisornya memberikan perhatian pada mereka.
®    Kelompok kerja informal mempunyai pengaruh positif pada produktivitas.
®    Mayo mengajukan konsep sosial man yang dimotivasi oleh kebutuhan sosial daripada konsep rational man yang dimotivasi oleh kebutuhan ekonomis.
Kontribusi dan pendekatan Human Relations:
®    Penyempurnaan pendekatan klasik yang menganggap bahwa produktivitas semata persoalan mekanis.
®    Menunjukkan pentingnya manager style dan memberikan perhatian pada teaching people management skills daripada teaching technical skills.
®    Mendorong perhatian pada group dynamic.
Kelemahannya:
®    Beberapa penelitian menunjukkan bahwa perbaikan kondisi kerja dan kepuasan karyawan hanya salah satu dari beberapa faktor yang berpengaruh pada produktivitas.
®    Konsep sosial man tidak dapat menggambarkan tuntas individu di tempat kerja.
Penekanan kebutuhan – kebutuhan sosial dalam aliran hubungan manusiawi melengkapi pendekatan klasik, sebagai usaha untuk meningkatkan produktivitas. Aliran hubungan manusiawi mengutarakan bahwa perhatian terhadap karyawan akan memberikan keuntungan. Sebagai tambahan, Mayo menekankan bahwa pentingnya gaya menejer dan oleh karenanya organisasi perlu merubah latihan menejemennya. Disamping itu , menejer diingatkan pentingnya perhatian terhadap proses kelompok untuk melengkapi perhatian terhadap masing – masing karyawan secara individual.
Elton Mayo menyimpulkan  Kinerja para Pekerja
v  The bakat individu adalah prediktor sempurna kinerja kerja. Meskipun mereka memberikan beberapa indikasi dari potensi fisik dan mental individu, jumlah yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh faktor sosial.
v  Para peneliti menemukan kehidupan sekelompok pekerja. Studi-studi juga menunjukkan bahwa hubungan yang supervisor berkembang dengan pekerja cenderung untuk mempengaruhi cara di mana para pekerja melakukan arahan.
v  Work-kelompok norma mempengaruhi produktivitas. Para peneliti Hawthorne bukan yang pertama mengakui bahwa kelompok kerja cenderung untuk sampai pada norma-norma tentang apa yang adil itu hari kerja. Namun, mereka memberikan gambaran terbaik sistematis dan penafsiran fenomena ini.
v  Tempat kerja adalah sebuah sistem sosial. Para peneliti datang untuk melihat tempat kerja sebagai sistem sosial yang terdiri dari bagian-bagian saling tergantung.  Pekerja adalah orang yang sikap dan efektivitas dikondisikan oleh tuntutan sosial baik dari dalam maupun luar tanaman bekerja. kelompok informal dalam latihan kerja pabrik kontrol sosial yang kuat atas kebiasaan kerja dan sikap pekerja individu.
v  Kebutuhan untuk pengakuan, keamanan dan rasa memiliki yang lebih penting dalam menentukan moral pekerja dan produktivitas dari kondisi fisik di mana dia bekerja.
Argumentasi Mayo didasarkan atas pemahamannya tentang revolusi industri yang telah menghancurkan masyarakat tradisional yang memungkinkan manusia saling berhubungan dalam kehidupan rutin dan akrab. Tradisi lama tersebut tak mungkin dibangkitkan kembali. Karena itu solusinya adalah dengan membangun masyarakat yang adaptif, yang mudah menyesuaikan dengan tuntutan lingkungan, serta dipimpin oleh orang-orang yang terlatih dalam ketrampilan dan pemahaman sosial, dan mampu mengatasi masalah manusia maupun masalah tehnis.
2.      Herbert Simon (Administratif Behavior)
Teori lain yang mendukung adanya teori hubungan antara manusia adalah teori tentang “Compliance” yang diutarakan oleh Herbert Simon. Hasil teori dan sintesis yang dilakukan oleh Simon berkenaan dengan jenis-jenis pengaruh yang bisa digunakan oleh organisasi untuk meningkatkan konstribusi karyawan. Secara garis besar ada dua jenis pengaruh yang bisa digunakan oleh organisasi yaitu, memanfaatkan wewenang dan mengembangkan pengendalian diri.
Dalam memanfaatkan wewenang, seseorang bawahan akan menerima wewenang atasannya bilamana ia membiarkan tingkah lakunya diarahkan oleh keputusan-keputusan yang diambil oleh atasannya tersebut, sehingga muncul istilah yang dikenal sebagai “Zone of Acceptance” (daerah penerimaan). Zona ini dipengaruhi oleh besarnya insentif yang ditawarkan oleh organisasi dalam bentuk apapun.
Pengaruh yang kedua adalah dengan mengembangkan prinsip pengendalian diri (self control) pada setiap pekerjaan. Prinsip pengendalian diri ini dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu :
1.      Loyalitas pekerja terhadap organisasi
2.      Penekanan efisiensi dan motivasi
3.      Pelatihan agar mampu membuat keputusn-keputusan yang baik secara mandiri.
Tahun 1946, Herbert Simon mendahului bukunya administrative behavior menulis suatu artikel dalam public administration review, berjudul “The Proverbs of Administration”. Tahun 1947 Harbert simon menerbitkan bukunya, Administrative Behavior; A Study of Decision Making Process in Administration Organization. Simon menunjukkan bahwa disetiap prinsip administrasi di dalamnya terdapat prinsip tandingannya (Counter Principle). Oleh karena itu seluruh ide tentang prinsip-prinsip tersebut dapat dipecahkan. Sebagai contoh, dalam literatur administrasi yang tradisional menyatakan bahwa birokrasi ini hendaknya diatur dengan rentan kendali ( span of control) yang sempit, agar bisa berkomunikasi dan melakukan pekerjaan-pekerjaan secara efektif. Rentang kendali ini dimaksudkan agar seorang pimpinan dapat melakukan kontrol yang baik, jika mempunyai staf bawahan yang jumlahnya terbatas. Setelah prinsip dilakukan, ternyata komunikasi untuk memberikan pengarahan bukanya menjadi efektif melainkan semakin berputar-balik dan kontrol menjadi tidak efektif lagi. Hal ini terjadi karena prinsip rentang kendali yang sempit ini membawa konsekuensi adanya bagan organisasi yang memanjang (a tall organization chart). Itulah sebabnya, kemudian diusulkan prinsip lain yang merupakan tandingan, atau prinsip yang memperbaiki a span of control tersebut. prinsip tandingan ini menyarankan agar memakai bagan organisasi yang tambun (a flat hierarchical structure). Prinsip organisasi yang tambun ini akan membantu tercapainya komunikasi yang efektif dan dihindari distorsi.
Dari uraian di atas apa yang dimaksudkan oleh Simon tentang kelemahan suatu prinsip. Dalam sesuatu prinsip akan didapatkan prinsip lain yang berlawanan. Hal ini akan merupakan suatu dilemma, dan dilemma ini nampaknya menghinggapi pada seluruh literatur tradisional dari administrasi negara. Gejala ini berlangsung sampai dengan diterbitkannya buku Simon tersebut.
Selain mengkritik fondasi tradisional administrai negara, Simon menawarkan suatu alternatif. Bagi Simon, jika menginginkan ilmu ini bisa bekerja dalam keharmonisan stimulasi intelektual yang timbal balik, maka hendaknya terdapat dua jenis administrasi negara. Dua jenis itu ialah pengembangan suatu ilmu administrasi murni yang berdasarkan atas pengaruh psikologi sosial, dan ilmu administrasi yang banyak menjelaskan mengenai public policy. Sebagai mana dikatakan oleh Simon :
“tidak ada alasan apapun yang bisa nampak mengapa kedua pengembangan di bidang administrasi negara ini tidak bisa berjalan berdampingan sisi-menyisi, bagi keduanya tidak ada jalan untuk konflik dan berlawan”.
 Herbert A. Simon mengatakan bahwa studi tentang policy ini adalah meminjam dari semua ilmu-ilmu sosial, dan analisis tentang policy ini dipandang sebagai bidang studi yang bisa berintegrasi dengan ilmu-ilmu sosial.
Simon melakukan pengkajian atas perilaku manusia administrasi dalam pengambilan keputusan sehingga melahirkan uraian tentang banyak hal menguak perilaku organisasi, administrasi ilmu teoretika dan ilmu praktik.
Menurut Simon, tampaknya tidak ada alasan yang kuat bahwa pengembangan kedua bidang administrasi negara ini tidak bisa berjalan berdampingan, bagi keduanya tidak ada jalan untuk konflik dan berlawanan. Pada sekitar pertengahan abad, kini dua persolan yang dikemukakakn di atas, mengenai perumusan dikotomi politik administrasi negara, dan prinsip-prinsip administrasi negara mulai banyak ditinggalkan oleh kaum cendekiawan di bidang ini. Ditinggalkannya dua persolan di atas menunjukkan bahwa administrasi negara akan menemukan identitasnya. Dan identitas itu harus dicari.  
Menurut Simon perlu ada dua jenis/macam sarjana administrasi negara yang harus bekerjasama secara harmonis, yaitu sarjana-sarjana yang mengembangkan ilmu administrasi murni yang berlandaskan pada ilmu sosial dan sarjana-sarjana yang berhubungan dengan pengembangan kebijaksanaan negara yang berlandaskan pada ilmu politik, ekonomi, dan sosiologi. Dan menurut Simon, proses perumusan kebijaksanaan negara (the public policy-making process) adalah merupakan hubungan konsepsional yang logis antara administrasi negara dan ilmu politik. Dalam proses tersebut, administrasi negara bertugas mempertimbangkan langkah-langkah, “internal” yaitu proses perumusan dan implementasi kebijaksanaan negara, sedangkan ilmu politik bertugas mempertimbangkan langkah-langkah “eksternal” yaitu tekanan-tekanan pada masyarakat yang dapat membangkitkan perubahan politik dan sosial.
Usul Herbert A. Simon pada tahun 1947 tentang dua jenis kesarjanaan administrasi negara ternyata telah mmperoleh validitas baru. Focus administrasi negara dalam bentuk “ilmu administrasi negara yang murni” ternyata belum diketemukan, tetapi setidak-tidaknya pengembangan teori organisasi sudah mantap dan ditambah lagi adanya perkemabngan baru dalam teknik-teknik terapan pada ilmu manajemen.
Kedudukan (locus) administrasi negara sudah mulai agak stabil di negara-negara yang sudah maju, telah terasa “tergoyahkan” dengan adanya spesialisasi baru yaitu “comparative public administration”, yaitu adanya keragaman administrasi negara di negara-negara sedang berkembang/ membangun.
Menurut Herbert A. Simon bahwa konsep manusia-ekonomi tidak benar, tetapi yang lebih valid adalah konsep manusia administrasi (administrative-man). Menurut konsep manusia-administrasi para manajer tidak pernah memperoleh atau mempunyai informasi yang lengkap dan oleh karenanya tidak pernah dapat mencapai pilihan-pilihan yang mempunyai nilai yang paling tinggi (maximum rationality). Simon mengatakan “kapasitas daya pikir manusia dalam merumuskan dan mengatasi masalah-masalah yang kompleks adalah sangat terbatas dibandingkan dengan besarnya permasalahan yang dihadapinya. Sangat sulit sekali mencapai perilaku rasional yang obyektif di dunia nyata-atau bahkan perkiraan yang cukup beralasan terhadap rasionalitas obyektif tersebut). menyadari akan sulitnya mencapai rasionalitas dalam pembuatan keputusan itu, Simon kemudian menampilkan pendekatan baru yang dinamakan “the principle of bounded rationality” atau yang lebih dikenal dengan sebutan “satisficing model”. Model konsep ini, pembuat-keputusan (the satisficer) hanya mempertimbangkan beberapa alternatif yang mungkin tersedia kemudian memilih satu alternative yang “lebih cocok” untuk mengatasi masalahnya. Model-rasional-komprehensif, seperti yang telah dikatakan tadi, menekankan pada “pembuatan keputusan yang rasional dengan bermodalkan pada komprehensivitas informasi dan keahlian pembuat keputusan”. Dalam model ini konsep rasionalitas sama dengan konsep efisiensi. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa satu kebijaksanaan yang rasional itu adalah dikatakan bahwa suatu kebijaksanan yang rasional itu adalah suatu kebijaksanaan yang sangat efisien-dimana rasio antara nilai yang dicapai dan nilai yang dikorbankannya adalah positif dan lebih tinggi dibandingkan dengan alternatif-alternatif yang lain.
Sebagai mana telah disinggungkan di atas Herbert A. Simon menyatakan bahwa rasionalisme (maksudnya model rasional komprehensif) yang didasarkan atas konsep “economic man” dipandang sebagai suatu model yang tidak tepat (inappropriate) di dalam memperlajari pembuatan keputusan, dan ia menawarkan model lain yang disebut “the principle of bounded rationality” atau “satisficing” yang didasarkan atas konsep “administrative man” yang diangap sebagai model yang lebih realistis. Hal ini disebabkan karena “administrative man” mengakui keterbatasan-keterbatasan yang ada padanya, dimana hal ini tidak demikian pada “economic man”. Administrative man mengakui akan keterbatasan-keterbatasan pengetahuan dan keahliannya, sehingga ia tidak akan mampu mempertimbangkan semua nilai-nilai sosial (alternatif)-serta dampaknya secara detail. Administrative man selalu dibimbing oleh sistem nilai dan rasa tanggungjawab untuk mencapai tujuan di dalam memilih alternatif-alternatif kebijaksanaannya. Sehubungan dengan itu maka administrative man berpikir secara pragmatis dan kebanyakan manusia menurut kenyataan berpikir demikian. Administrative man cukup memuaskan diri (satisfices) dengan memilih suatu alternative yang “cukup baik” yang dijumpai pertamakali dengan tanpa bersusah-payah mencari alternatif-alternatif yang “paling baik”. Oleh karena itu administrasi administrative man menggunakan strategi “disjointed incrementalism” sebagai model pembuatan keputusan yang paling baik.
Dvorin dan Simon ketika mereka membahas tentang “Radical Humanism” dalam bukunya yang cukup provokatif “ From Amoral to Humane Bureaucracy” menyatakan sebagai berikut: “secara bebas berarti : birokrasi tidak dapat lagi mengabaikan pentinglah nilai harkat manusia, baik secara teori maupun praktek. Tetapi, kuncinya tidak semata-mata pada berakhirnya isolasi administrasi negara dari konflik nilai yang terjadi disekitar masalah-masalah yang timbul dalam masyarakat. Namun, pada pengembangan pengakuan bahwa praktek birokrasi tidak dapat berjalan dengan baik menuju tercapainya tujuan peningkatan nilai harkat manusia sebelum birokrasi itu merangkul nilai-nilai harkat manusia itu”.
Dengan demikian, bagi pembuat kebijaksanaan negara tidak ada alternative lain kecuali menjadikan sistem nilai masyarakat sebagai pedoman atau landasan dalam setiap proses perumusan kebijaksanaan negara. 














DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Ali, Farid. 2014. Teori dan Konsep Adminsitrasi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Thoha, Miftah. 1992. Dimensi-Dimensi Prima Ilmu Administrasi Negara. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Thoha, Miftah. 2015. Ilmu Administrasi Publik Kontemporer. Jakarta. Kencana.
Islamy, M. Irfan. 2014. Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara. Jakarta: PT Bumi Aksara.
INTERNET
Yohana, Selvi. 2010. Teori Perkembangan Manajemen (Elton Mayao). http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:UKR0MxSsHvoJ:celphee-surf.blogspot.com/2012/07/teori-perkembangan-manajemen-elton.html+&cd=4&hl=id&ct=clnk&client=opera. Di akses 6 November 2016.
Hadi. 2010. Konsep Administrative dan Behavior Management. https://onlyhadi.wordpress.com/2010/03/05/konsep-administrative-dan-behavior-management/. Di akses 6 November 2016.

Rian. 2011. Teori Organisasi Neo Klasik. http://rnrian.blogspot.co.id/2011/03/teori-organisasi-neo-klasik.html. Di akses 6 November 2016.

Komentar

  1. terima kasih atas penyampaian teori NEO KLASIK, sangat membantu dalam tugas makalah, serta mendapatkan wawasan baru....

    BalasHapus
    Balasan
    1. terimakasih kembali, senang bisa membantu

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

TEORI ADMINISTRASI KLASIK