Teori Administrasi Neo-Klasik
1.
Elton
Mayo (Human Relation)
Seorang
pakar psikologi industri bernama George Elton Mayo pada tahun 1935 bersama
beberapa orang ahli mengadakan suatu penelitian di Hawthorne mengenai hubungan
antara produktivitas dengan masalah-masalah atau kondisi kerja dalam suatu
pabrik. Percobaan-percobaan dan
penyelidikan yang diadakan memberikan petunjuk bahwa unsur manusia dalam suatu
perusahaan bukanlah suatu hal yang bersifat sederhana, tetapi merupakan suatu
“kepribadian yang kompleks”. Karena sifat yang kompleks, sering menimbulkan
kesalahan pengertian. Hasil penelitian itu sampai pada suatu kesimpulan bahwa :
“A human problem to be brought of a human
solution, requires human data and human tools”. Masalah-masalah
kemanusiaan, memerlukan penyelesaian menurut cara-cara kemanusiaan, dan untuk
itu dibutuhkan peralatan dan pengetahuan tentang data-data kemanusiaan. Elton
Mayo dengan hasil-hasil karyanya dianggap sebagai “the father of employes human relation” (pelopor atau Bapak dari
Human Relations).
Pada
tahun 1920 dan 1930 Mayo melakukan penelitian yang dikenal dengan studi
Hawthorn membuktikan bahwa pengaruh kuat industrial
relation terhadap administrasi negara tidak lagi bisa diabaikan. Pendekatan
industrial yang lebih banyak mengemukakan ilmu perilaku (behavior science)
mulai mewarnai ilmu administrasi negara. Metode statistik semakin kuat
berpengaruh sejalan dengan semakin kuatnya pengaruh ilmu perilaku. Sedangkan
behavior ini mulai banyak mewarnai ilmu administrasi negara, sehingga pada
waktu itu banyak diterbitkan tulisan dalam jurnal dan buku-buku literatur
tentang perilaku organisasi.
Elton
Mayo memandang masalah manusia (human problem) sebagai suatu bagian yang
berdiri sendiri. Mayo memandang masalah “manusia” sebagai suatu lapangan studi
yang amat luas. Mayo menegaskan bahwa “human relations” yang baik dapat
menjamin tercapainya produktivitas yang tinggi. Peralatan mesin yang baik dan
sempurna tidak banyak bermanfaat apabila manusia yang menjalankannya tidak
sepenuh hati menjalankan tugas-tugasnya.
Penelitian lainnya yaitu kelompok kerja di bidang lingkungan
sosial karyawan yang memberi efek yang signifikan terhadap produktivitas.
Meskipun para pekerja dimotivasi dengan kebutuhan sosial, keinginan akan
hubungan timbal balik dalam pekerjaan terbukti lebih berfungsi dan lebih
responsif terhadap dorongan produktifitas kelompok kerja. Pengawasan dan
peningkatan sistem manajemen telah terbukti bisa menggantikan konsep umum bahwa
manusia itu adalah “makhluk rasional” yang dimotivasi oleh kebutuhan-kebutuhan
fisik manusia.
Perilaku manusia dipengaruhi oleh
beberapa faktor :
1. Faktor Individual.
Faktor ini mencakup kemampuan dan
keterampilan mental, latar belakamh keluarga, tingkat sosial, pengalaman, usia,
jenis kelamin, dll
2. Faktor Organisasi
Faktor ini mencakup sumber daya yang
tersedia, gaya kepemimpinan, sistem imbalan, struktur organisasi, jenis
pekerjaan, dll
3. Faktor Psikologi
Faktor ini mencakup persepsi sikap,
kepribadian, proses belajar, motivasi, dll
Jadi berdasarkan analisa diatas bisa
disimpulkan bahwa :
Ø Perilaku suatu pribadi timbul karena
suatu sebab,
Ø Perilaku diarahkan untuk mencapai
suatu tujuan,
Ø Perilaku bisa dimonitor dan dinilai
bahkan diukur,
Ø Pentingnya motivasi untuk perilaku
yang bermutu.
Elton Mayo berpendapat
bahwa Para pekerja akan bekerja lebih keras, apabila mereka yakin bahwa
manajemen memikirkan kesejahteraan mereka. Mayo mengusulkan perlunya pelatihan
yang mendalam tentang psikologi, sosiologi dan antropologi serta metode
penelitian yang canggih.
Diakui oleh ilmuwan manajemen sekarang bahwa
mayo setidaknya telah menemukan kembali pernyataan lama Owen, bahwa perhatian
sebenarnyabagi para bawahan, mesin-mesin penting (importante machines)
yang dimaksud adalah deviden yang dibayarkan. Gaya manager akan
memberikan konstribusi yang besar terhadap produktivitas sehingga pelatihan
atau training manajemen perlu mendapatkan perhatian yang mendalam, perlu
berorientasi pada pengajaran keterampilan manusiawi, bukan lagi keterampilan
teknis.
Mayo mengusulkan perlunya pelatihan yang lebih
mendalam mengenai psikologis, sosiologis dan antropologi serta menggunakan
metode penelitian yang lebih canggih untuk menganalisis manusia dan lingkungan
kerjanya. Ia memperkenalkan manusia social, didorong oleh keinginan untuk
membentuk hubungan dengan orang lain. Para ahli perilaku, misalnya Maslow,
berpendapat bahwa konsep manusia yang mengaktualisasikan diri akan menerangkan
lebih tepat tentang motivasi individu.
Tidak dapat dipungkiri sampai sekarang bahwa
para ilmuwan perilaku telah memberikan kontribusi yang besar bagi pemahaman
kita akan motivasi antar individu, perilaku kelompok, hubungan antar pribadi
ditempat kerja serta ahli pentingnya pekerjaan bagi tiap individu.
Hasil karya mereka menyebabkan para manajer
menjadi lebih peka dalam melakukan hubungan dengan bawahanya. Elton Mayo
sangat terkenal dengan eksperimen tentang perilaku manusia dalam
situasi kerja. Eksperimen ini disimpulkan bahwa perhatian khusus
dapat menyebabkan seseorang meningkatkan usahanya. “Gejala ini disebut
Hawrthorne effect yaitu karyawan akan lebih giat bekerja jika mereka
yakin bahwa manajemen memikirkan kesehteraan mereka”.Hasil percobaan Mayo
dengan Roethlisberger dan Dickson ialah rangsangan uang tidak menyebabkan
membaiknya produktivitas. Yang justru mempu meningkatkan produktivitas
itu adalah satu sikap yang dimiliki karyawan yang merasa manajer
dan atasanya memberikan perhatian yang cukup terhadap kesejahteraan
mereka.
Selain itu juga ditemukan pengaruh kehidupan lingkungan sosial dalam kelompok yang lebih informal lebih besar pengaruhnya terhadap produktivitas.
Selain itu juga ditemukan pengaruh kehidupan lingkungan sosial dalam kelompok yang lebih informal lebih besar pengaruhnya terhadap produktivitas.
Karena itu, Mayo yakin terhadap konsepsinya yang
terkenal dengan yang dimotivasi oleh kebutuhan-kebutuhan sosial dalam
hubungan-hubungan yang lebih efektif daripada pengawasan dan pengendalian
manajemen dalam arti konsep "social man”(manusia sosial/manusia dapat
dimotivasi dengan pemenuhan kebutuhan sosial melalui hubungan kerja), dapat
menggantikan konsep “rational man”(manusia rasional/manusia hanya dapat di motivasi
dengan pemenuhan kebutuhan ekonomis). Konsep rational man yang di dorong
semata-mata oleh kebutuhan ekonomis pribadi yang terkenal dengan julukan
rational "economic man”.
Istilah terkenal yang tadinya diutarakan oleh
Robert Owen yaitu “vital machines” menemukan bentuk dan peluang barunya dengan
munculnya konsep “social man” dari Mayo. Dalam pendidikan dan latihan bagi para
manajer terasa semakin pentingnya “people management skills” dari pada
“engineering atau technical skills”.
Konsep dinamika kelompok semakin penting dalam
praktek manajemen dari pada manajemen atas dasar kemampuan pekerja secara
perseorangan.
Kelemahan temuan Mayo ditunjukan oleh orang-orang yang beranggapan kepuasan karyawan bersifat kompleks, karena selain ditentukan oleh lingkungan sosial, juga oleh faktor-faktor lain seperti tingkat gaji, menarik tidaknya pekerjaan, struktur dan kultur organisasi, hubungan karyawan manajemen dan lain-lain. Menghadapi keterbatasan gerakan hubungan manusiawi ini, muncul pemikir-pemikir lain yang juga tergolong aliran perilaku yang lebih maju.
Kelemahan temuan Mayo ditunjukan oleh orang-orang yang beranggapan kepuasan karyawan bersifat kompleks, karena selain ditentukan oleh lingkungan sosial, juga oleh faktor-faktor lain seperti tingkat gaji, menarik tidaknya pekerjaan, struktur dan kultur organisasi, hubungan karyawan manajemen dan lain-lain. Menghadapi keterbatasan gerakan hubungan manusiawi ini, muncul pemikir-pemikir lain yang juga tergolong aliran perilaku yang lebih maju.
Sekarang dapat kita ketahui bahwa Aliran
hubungan manusiawi menyadarkan pentingnya ke-butuhan sosial. Dengan demikian
aliran ini menyeimbangkan konsep lama yang menekankan ekonomi/rasionalitas
manusia. Suasana kerja menjadi lebih baik dibandingkan sebelumnya.
Pelatihan-pelatihan yang kemudian banyak yang memfokuskan pada upaya
memperbaiki hubungan kerja antar manajer dengan karyawan. Aliran ini
mempelopori studi baru dalam bidang dinamika kelompok, dimana perhatian
ditunjukan tidak hanya pada individu, tetapi juga pada proses dan dinamika
kelompok.
Teori Mayo ini memiliki prinsip-prinsip
sebagai berikut:
1. Pendekatan
motivasi yang menghasilkan komitmen pekerja sangat dibutuhkan.
2. Manajemen
tidak dapat dianggap sebagai proses yang kaku.
3. Manajemen
harus sistematis.
4. Pendekatan
yang digunakan dalam manajemen harus hati-hati.
5. Organisasi
sebagai suatu keseluruhan.
6. Kepemimpinan
diterapkan sesuai dengan situasi bawahannya.
7. Unsur
manusia merupakan kunci utama yang menentukan sukses atau gagalnya organisasi
mencapai tujuannya.
8. Manajer
masa kini harus dididik dan dilatih untuk memahami dan menerapkan konsep-konsep
manajemen.
9. Komitmen
dapat ditingkatkan melalui partisipasi dan keterlibatan pekerja.
10. Pengawasan
harus dibangun dalam pengertian positif, bukan mencari kesalahan tetapi
mencegah terjadinya kesalahan.
Teori Motivasi Human Relation yang dikemukakan
Elton Mayo lebih mengutamakan pada hubungan seseorang dengan
lingkungannya. Menurut teori ini seseorang akan berprestasi baik, jika ia
diterima dan diakui dalam pekerjaannya dan lingkungannya. Teori ini juga
menekankan peranan aktif pimpinan organisasi dalam memelihara hubungan dan
kontak – kontak pribadi dengan bawahannya yang dapat membangkitkan gairah
kerja.
Teori ini merupakan hasil studi Hawthorne (
pembangkit listrik ) yang dilakukan oleh Elton Mayo, dkk :
® Produktivitas
berkaitan dengan variabel sosial dan psikologi
® Pekerja
akan bekerja lebih keras bila manajemen memperhatikan kesejahteraan mereka dan
supervisornya memberikan perhatian pada mereka.
® Kelompok
kerja informal mempunyai pengaruh positif pada produktivitas.
® Mayo
mengajukan konsep sosial man yang dimotivasi oleh kebutuhan sosial daripada
konsep rational man yang dimotivasi oleh kebutuhan ekonomis.
Kontribusi dan pendekatan Human Relations:
® Penyempurnaan
pendekatan klasik yang menganggap bahwa produktivitas semata persoalan mekanis.
® Menunjukkan
pentingnya manager style dan memberikan perhatian pada teaching people
management skills daripada teaching technical skills.
® Mendorong
perhatian pada group dynamic.
Kelemahannya:
® Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa perbaikan kondisi kerja dan kepuasan karyawan
hanya salah satu dari beberapa faktor yang berpengaruh pada produktivitas.
® Konsep
sosial man tidak dapat menggambarkan tuntas individu di tempat kerja.
Penekanan kebutuhan – kebutuhan sosial dalam
aliran hubungan manusiawi melengkapi pendekatan klasik, sebagai usaha untuk meningkatkan
produktivitas. Aliran hubungan manusiawi mengutarakan bahwa perhatian terhadap
karyawan akan memberikan keuntungan. Sebagai tambahan, Mayo menekankan bahwa
pentingnya gaya menejer dan oleh karenanya organisasi perlu merubah latihan
menejemennya. Disamping itu , menejer diingatkan pentingnya perhatian terhadap
proses kelompok untuk melengkapi perhatian terhadap masing – masing karyawan
secara individual.
Elton
Mayo menyimpulkan Kinerja para Pekerja
v The bakat individu
adalah prediktor sempurna kinerja kerja. Meskipun mereka memberikan beberapa
indikasi dari potensi fisik dan mental individu, jumlah yang dihasilkan sangat
dipengaruhi oleh faktor sosial.
v Para peneliti menemukan
kehidupan sekelompok pekerja. Studi-studi juga menunjukkan bahwa
hubungan yang supervisor berkembang dengan pekerja cenderung untuk mempengaruhi
cara di mana para pekerja melakukan arahan.
v " Work-kelompok
norma mempengaruhi produktivitas. Para peneliti Hawthorne bukan yang
pertama mengakui bahwa kelompok kerja cenderung untuk sampai pada norma-norma
tentang apa yang adil itu hari kerja. Namun, mereka memberikan gambaran terbaik
sistematis dan penafsiran fenomena ini.
v Tempat kerja adalah
sebuah sistem sosial. Para peneliti datang untuk melihat tempat kerja sebagai
sistem sosial yang terdiri dari bagian-bagian saling tergantung. Pekerja
adalah orang yang sikap dan efektivitas dikondisikan oleh tuntutan sosial baik
dari dalam maupun luar tanaman bekerja. kelompok informal dalam latihan kerja
pabrik kontrol sosial yang kuat atas kebiasaan kerja dan sikap pekerja
individu.
v Kebutuhan untuk
pengakuan, keamanan dan rasa memiliki yang lebih penting dalam menentukan moral
pekerja dan produktivitas dari kondisi fisik di mana dia bekerja.
Argumentasi Mayo didasarkan atas pemahamannya
tentang revolusi industri yang telah menghancurkan masyarakat tradisional yang
memungkinkan manusia saling berhubungan dalam kehidupan rutin dan akrab. Tradisi
lama tersebut tak mungkin dibangkitkan kembali. Karena itu solusinya adalah dengan
membangun masyarakat yang adaptif, yang mudah menyesuaikan dengan tuntutan
lingkungan, serta dipimpin oleh orang-orang yang terlatih dalam ketrampilan dan
pemahaman sosial, dan mampu mengatasi masalah manusia maupun masalah tehnis.
2.
Herbert
Simon (Administratif Behavior)
Teori
lain yang mendukung adanya teori hubungan antara manusia adalah teori tentang
“Compliance” yang diutarakan oleh Herbert Simon. Hasil teori dan sintesis yang
dilakukan oleh Simon berkenaan dengan jenis-jenis pengaruh yang bisa digunakan
oleh organisasi untuk meningkatkan konstribusi karyawan. Secara garis besar ada
dua jenis pengaruh yang bisa digunakan oleh organisasi yaitu, memanfaatkan
wewenang dan mengembangkan pengendalian diri.
Dalam
memanfaatkan wewenang, seseorang bawahan akan menerima wewenang atasannya
bilamana ia membiarkan tingkah lakunya diarahkan oleh keputusan-keputusan yang
diambil oleh atasannya tersebut, sehingga muncul istilah yang dikenal sebagai
“Zone of Acceptance” (daerah penerimaan). Zona ini dipengaruhi oleh besarnya
insentif yang ditawarkan oleh organisasi dalam bentuk apapun.
Pengaruh
yang kedua adalah dengan mengembangkan prinsip pengendalian diri (self control)
pada setiap pekerjaan. Prinsip pengendalian diri ini dipengaruhi oleh 3 faktor
yaitu :
1. Loyalitas
pekerja terhadap organisasi
2. Penekanan
efisiensi dan motivasi
3. Pelatihan
agar mampu membuat keputusn-keputusan yang baik secara mandiri.
Tahun
1946, Herbert Simon mendahului bukunya administrative
behavior menulis suatu artikel dalam public
administration review, berjudul “The
Proverbs of Administration”. Tahun 1947 Harbert simon menerbitkan bukunya, Administrative Behavior; A Study of Decision
Making Process in Administration Organization. Simon menunjukkan bahwa
disetiap prinsip administrasi di dalamnya terdapat prinsip tandingannya
(Counter Principle). Oleh karena itu seluruh ide tentang prinsip-prinsip
tersebut dapat dipecahkan. Sebagai contoh, dalam literatur administrasi yang
tradisional menyatakan bahwa birokrasi ini hendaknya diatur dengan rentan
kendali ( span of control) yang sempit, agar bisa berkomunikasi dan melakukan
pekerjaan-pekerjaan secara efektif. Rentang kendali ini dimaksudkan agar
seorang pimpinan dapat melakukan kontrol yang baik, jika mempunyai staf bawahan
yang jumlahnya terbatas. Setelah prinsip dilakukan, ternyata komunikasi untuk
memberikan pengarahan bukanya menjadi efektif melainkan semakin berputar-balik
dan kontrol menjadi tidak efektif lagi. Hal ini terjadi karena prinsip rentang
kendali yang sempit ini membawa konsekuensi adanya bagan organisasi yang
memanjang (a tall organization chart). Itulah sebabnya, kemudian diusulkan
prinsip lain yang merupakan tandingan, atau prinsip yang memperbaiki a span of
control tersebut. prinsip tandingan ini menyarankan agar memakai bagan
organisasi yang tambun (a flat hierarchical structure). Prinsip organisasi yang
tambun ini akan membantu tercapainya komunikasi yang efektif dan dihindari
distorsi.
Dari
uraian di atas apa yang dimaksudkan oleh Simon tentang kelemahan suatu prinsip.
Dalam sesuatu prinsip akan didapatkan prinsip lain yang berlawanan. Hal ini
akan merupakan suatu dilemma, dan dilemma ini nampaknya menghinggapi pada
seluruh literatur tradisional dari administrasi negara. Gejala ini berlangsung
sampai dengan diterbitkannya buku Simon tersebut.
Selain
mengkritik fondasi tradisional administrai negara, Simon menawarkan suatu
alternatif. Bagi Simon, jika menginginkan ilmu ini bisa bekerja dalam
keharmonisan stimulasi intelektual yang timbal balik, maka hendaknya terdapat
dua jenis administrasi negara. Dua jenis itu ialah pengembangan suatu ilmu
administrasi murni yang berdasarkan atas pengaruh psikologi sosial, dan ilmu
administrasi yang banyak menjelaskan mengenai public policy. Sebagai mana
dikatakan oleh Simon :
“tidak
ada alasan apapun yang bisa nampak mengapa kedua pengembangan di bidang
administrasi negara ini tidak bisa berjalan berdampingan sisi-menyisi, bagi
keduanya tidak ada jalan untuk konflik dan berlawan”.
Herbert A. Simon mengatakan bahwa studi
tentang policy ini adalah meminjam dari semua ilmu-ilmu sosial, dan analisis
tentang policy ini dipandang sebagai bidang studi yang bisa berintegrasi dengan
ilmu-ilmu sosial.
Simon melakukan pengkajian atas perilaku
manusia administrasi dalam pengambilan keputusan sehingga melahirkan uraian
tentang banyak hal menguak perilaku organisasi, administrasi ilmu teoretika dan
ilmu praktik.
Menurut Simon, tampaknya tidak ada
alasan yang kuat bahwa pengembangan kedua bidang administrasi negara ini tidak
bisa berjalan berdampingan, bagi keduanya tidak ada jalan untuk konflik dan
berlawanan. Pada sekitar pertengahan abad, kini dua persolan yang dikemukakakn
di atas, mengenai perumusan dikotomi politik administrasi negara, dan
prinsip-prinsip administrasi negara mulai banyak ditinggalkan oleh kaum
cendekiawan di bidang ini. Ditinggalkannya dua persolan di atas menunjukkan
bahwa administrasi negara akan menemukan identitasnya. Dan identitas itu harus
dicari.
Menurut Simon perlu ada dua jenis/macam
sarjana administrasi negara yang harus bekerjasama secara harmonis, yaitu
sarjana-sarjana yang mengembangkan ilmu administrasi murni yang berlandaskan
pada ilmu sosial dan sarjana-sarjana yang berhubungan dengan pengembangan
kebijaksanaan negara yang berlandaskan pada ilmu politik, ekonomi, dan
sosiologi. Dan menurut Simon, proses perumusan kebijaksanaan negara (the public
policy-making process) adalah merupakan hubungan konsepsional yang logis antara
administrasi negara dan ilmu politik. Dalam proses tersebut, administrasi
negara bertugas mempertimbangkan langkah-langkah, “internal” yaitu proses
perumusan dan implementasi kebijaksanaan negara, sedangkan ilmu politik
bertugas mempertimbangkan langkah-langkah “eksternal” yaitu tekanan-tekanan
pada masyarakat yang dapat membangkitkan perubahan politik dan sosial.
Usul Herbert A. Simon pada tahun 1947
tentang dua jenis kesarjanaan administrasi negara ternyata telah mmperoleh
validitas baru. Focus administrasi negara dalam bentuk “ilmu administrasi
negara yang murni” ternyata belum diketemukan, tetapi setidak-tidaknya
pengembangan teori organisasi sudah mantap dan ditambah lagi adanya
perkemabngan baru dalam teknik-teknik terapan pada ilmu manajemen.
Kedudukan (locus) administrasi negara
sudah mulai agak stabil di negara-negara yang sudah maju, telah terasa
“tergoyahkan” dengan adanya spesialisasi baru yaitu “comparative public
administration”, yaitu adanya keragaman administrasi negara di negara-negara
sedang berkembang/ membangun.
Menurut Herbert A. Simon bahwa konsep
manusia-ekonomi tidak benar, tetapi yang lebih valid adalah konsep manusia
administrasi (administrative-man). Menurut konsep manusia-administrasi para
manajer tidak pernah memperoleh atau mempunyai informasi yang lengkap dan oleh
karenanya tidak pernah dapat mencapai pilihan-pilihan yang mempunyai nilai yang
paling tinggi (maximum rationality). Simon mengatakan “kapasitas daya pikir
manusia dalam merumuskan dan mengatasi masalah-masalah yang kompleks adalah
sangat terbatas dibandingkan dengan besarnya permasalahan yang dihadapinya.
Sangat sulit sekali mencapai perilaku rasional yang obyektif di dunia
nyata-atau bahkan perkiraan yang cukup beralasan terhadap rasionalitas obyektif
tersebut). menyadari akan sulitnya mencapai rasionalitas dalam pembuatan
keputusan itu, Simon kemudian menampilkan pendekatan baru yang dinamakan “the
principle of bounded rationality” atau yang lebih dikenal dengan sebutan
“satisficing model”. Model konsep ini, pembuat-keputusan (the satisficer) hanya
mempertimbangkan beberapa alternatif yang mungkin tersedia kemudian memilih
satu alternative yang “lebih cocok” untuk mengatasi masalahnya.
Model-rasional-komprehensif, seperti yang telah dikatakan tadi, menekankan pada
“pembuatan keputusan yang rasional dengan bermodalkan pada komprehensivitas
informasi dan keahlian pembuat keputusan”. Dalam model ini konsep rasionalitas
sama dengan konsep efisiensi. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa satu
kebijaksanaan yang rasional itu adalah dikatakan bahwa suatu kebijaksanan yang
rasional itu adalah suatu kebijaksanaan yang sangat efisien-dimana rasio antara
nilai yang dicapai dan nilai yang dikorbankannya adalah positif dan lebih
tinggi dibandingkan dengan alternatif-alternatif yang lain.
Sebagai mana telah disinggungkan di atas
Herbert A. Simon menyatakan bahwa rasionalisme (maksudnya model rasional
komprehensif) yang didasarkan atas konsep “economic man” dipandang sebagai
suatu model yang tidak tepat (inappropriate) di dalam memperlajari pembuatan
keputusan, dan ia menawarkan model lain yang disebut “the principle of bounded
rationality” atau “satisficing” yang didasarkan atas konsep “administrative
man” yang diangap sebagai model yang lebih realistis. Hal ini disebabkan karena
“administrative man” mengakui keterbatasan-keterbatasan yang ada padanya,
dimana hal ini tidak demikian pada “economic man”. Administrative man mengakui
akan keterbatasan-keterbatasan pengetahuan dan keahliannya, sehingga ia tidak
akan mampu mempertimbangkan semua nilai-nilai sosial (alternatif)-serta
dampaknya secara detail. Administrative man selalu dibimbing oleh sistem nilai
dan rasa tanggungjawab untuk mencapai tujuan di dalam memilih
alternatif-alternatif kebijaksanaannya. Sehubungan dengan itu maka
administrative man berpikir secara pragmatis dan kebanyakan manusia menurut
kenyataan berpikir demikian. Administrative man cukup memuaskan diri
(satisfices) dengan memilih suatu alternative yang “cukup baik” yang dijumpai
pertamakali dengan tanpa bersusah-payah mencari alternatif-alternatif yang
“paling baik”. Oleh karena itu administrasi administrative man menggunakan
strategi “disjointed incrementalism” sebagai model pembuatan keputusan yang
paling baik.
Dvorin dan Simon ketika mereka membahas tentang
“Radical Humanism” dalam bukunya yang cukup provokatif “ From Amoral to Humane
Bureaucracy” menyatakan sebagai berikut: “secara bebas berarti : birokrasi
tidak dapat lagi mengabaikan pentinglah nilai harkat manusia, baik secara teori
maupun praktek. Tetapi, kuncinya tidak semata-mata pada berakhirnya isolasi
administrasi negara dari konflik nilai yang terjadi disekitar masalah-masalah
yang timbul dalam masyarakat. Namun, pada pengembangan pengakuan bahwa praktek
birokrasi tidak dapat berjalan dengan baik menuju tercapainya tujuan
peningkatan nilai harkat manusia sebelum birokrasi itu merangkul nilai-nilai
harkat manusia itu”.
Dengan demikian, bagi pembuat
kebijaksanaan negara tidak ada alternative lain kecuali menjadikan sistem nilai
masyarakat sebagai pedoman atau landasan dalam setiap proses perumusan
kebijaksanaan negara.
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Ali, Farid.
2014. Teori dan Konsep Adminsitrasi. Jakarta:
PT RajaGrafindo Persada.
Thoha,
Miftah. 1992. Dimensi-Dimensi Prima Ilmu
Administrasi Negara. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Thoha, Miftah. 2015.
Ilmu Administrasi Publik Kontemporer. Jakarta.
Kencana.
Islamy, M. Irfan. 2014. Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijaksanaan
Negara. Jakarta: PT Bumi Aksara.
INTERNET
Yohana,
Selvi. 2010. Teori Perkembangan Manajemen
(Elton Mayao). http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:UKR0MxSsHvoJ:celphee-surf.blogspot.com/2012/07/teori-perkembangan-manajemen-elton.html+&cd=4&hl=id&ct=clnk&client=opera.
Di akses 6 November 2016.
Hadi. 2010. Konsep Administrative dan Behavior Management. https://onlyhadi.wordpress.com/2010/03/05/konsep-administrative-dan-behavior-management/.
Di akses 6 November 2016.
Rian. 2011. Teori
Organisasi Neo Klasik. http://rnrian.blogspot.co.id/2011/03/teori-organisasi-neo-klasik.html.
Di akses 6 November 2016.
terima kasih atas penyampaian teori NEO KLASIK, sangat membantu dalam tugas makalah, serta mendapatkan wawasan baru....
BalasHapusterimakasih kembali, senang bisa membantu
Hapus